Cerita Ramadhan Ramadhan Sore Itu

Cerita ramadhan ini sengaja saya publikasikan karena sudah lama tidak ada artikel mengenai cerita di blog ini. Mumpung momennya tepat, pas lagi bulan Ramadhan, tidak ada salahnya memposting artikel tentang cerita ramadhan ini. Kemarin kan sudah ada puisi ramadhan, ditambah lagi dengan kumpulan puisi ramadhan yang baru saja ditulis. Jadi, sekarang kita simak saja cerita ramadhan berikut ini.


Ramadhan Sore Itu
by: daysou

Sore itu langit sedang berawan dan sang surya pun menyembunyikan wajahnya yang bulat diantara awan-awan yang berserakan diangkasa. Tampaknya hari itu dia tidak rela untuk meninggalkan hari yang begitu damai dan bersahaja. Angin bertiup lembut kearah barat seolah sedang menunjukkan jalan pulang pada mentari untuk segera menyelesaikan tugasnya.

Hari itu adalah hari ketiga puluh puasa ramadhan. Seperti biasa pada hari itu para penghuni didaerah tempat tinggalku sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk melaksanakan berbuka puasa yang terakhir di tahun ini dan bersiap-siap menjelang hari raya idhul fitri yang begitu dinanti-nantikan.

Tetapi lain halnya dengan Pak Saman. Disaat orang-orang sedang Menyibukkan diri dengan urusannya masing-masing, beliau tampak khusyuk berdzikir diatas sajadah merah yang menghampar diatas lantai ruangan berukuran 4 x 4 m didalam rumahnya. Teringat olehnya hari-hari dimana dia merasakan sebuah karunia yang oleh kebanyakan orang dijadikan hal yang sangat menakutkan, yaitu puasa dan menahan lapar, tetapi buat dirinya itu hanyalah salah satu dari rukun islam yang harus dilakukan dengan sabar dan hati yang tulus.
Pernah suatu malam aku dan 2 orang temanku bersilahturahmi kerumah beliau. Seperti biasa dengan ditemani kopi hangat dan rokok dji sam soe kami ngobrol , membahas tentang hal-hal yang sudah kami alami sehari-hari .

“Sangat disayangkan yach…budaya umat ini. Bukankah dimimbar-mimbar sering diungkapkan kalau berpuasa itu menahan hawa nafsu, dimana kita harus mengendalikan diri kita untuk tidak makan, minum dan melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa kita. Tetapi mengapa disaat waktu berbuka puasa tiba, semuanya dengan penuh gairah menyiapkan makanan, minuman, kolak, sirup dan lain-lainnya untuk disantap begitu adzan maghrib berkumandang. Padahal semua itu khan belum tentu bisa masuk ke perut kita. Dan kalau sudah begini…dimana makna dari menahan hawa nafsu, kalau begitu berbuka kita mengikuti nafsu yang begitu besar.”

Aku dan 2 orang temanku mendengarkan dengan seksama semua yang diucapkan Pak Saman. Kata-katanya begitu mengena kedalam hatiku dan pikiranku. Selama ini memang ketika berbuka puasa aku selalu menyiapkan makan besar seolah-olah aku sedang membalas dendam pada makanan setelah seharian tidak makan dan minum sedikitpun. Tak jarang juga kalau setelah itu perutku akan terasa sakit sekali sampai tidak bisa bergerak karena kekenyangan. Dan yang pasti waktu maghrib pun akan berlalu sebelum aku menunaikannya. Aku jadi sedih, ternyata aku belum berhasil untuk menahan hawa nafsu yang selama ini diajarkan di mutiara-mutiara ramadhan setiap harinya.

Dalam hati aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjadi seorang muslim yang benar-menar mengikuti sunnah rasulnya. Terbayang olehku akhlak rasulullah yang begitu mulia hingga seluruh umat manusia dimuka bumi ini begitu mengenalnya.

Dan menjelang maghrib dihari terakhir puasa ramadhan tahun ini aku kembali bersilaturahmi ke rumah Pak Saman. Kebetulan hari itu istri beliau sedang ada di luar , jadi setelah aku memberi salam beliau langsung menuju ke tempat suaminya yang sedang berdzikir untuk memberitahukan kedatanganku. Setelah menunggunya beberapa lama akhirnya beliau munculnya juga dari balik gorden yang menutupi antara ruang tamu dengan ruang tengah.

Tak lupa kuucapkan Assalamu ‘Alaikum dan “sungkem” padanya seperti aku sungkem pada kedua orang tuaku karena dalam hatiku aku sudah menganggap orang tua ini sebangai orang tuaku sendiri. Dia membalas salamku sambil tersenyum. Memang orang tua ini begitu berwibawa diantara tutur kata dan perilakunya yang sholeh. Sayup-sayup adzan maghrib sudah terdengar dikejauhan. Tanda kalau hari ini kita sudah mencapai hari yang penuh kemenangan, hari yang penuh kebahagiaan, hari yang tak akan pernah kita dapat rasakan selain hari ini. Allahu akbar…allahu akbar…allahu akbar… allahu akbar walillah ilham.

“Ya Allah hindarkan aku dari sifat yang berlebih-lebihan. Dan jadikanlah aku orang yang senantiasa menjalankan petunjuk-petunjukMu. Amiin.”

- rdayt - on Cerita Ramadhan.

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cerdas cermat - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger