Cerpen Tawa Di Hari Ulang Tahun

Tawa Di Hari Ulang Tahun
oleh: Nadia Silvarani Lubis


“Ciluuuuk…….”
“BAA!”
“Mamaaa!”’
“Ih muka badutnya serem.”
“CILUUUK!”
“Baaaa!”
“Huaaaaa…! MAMAAAA... Loli takuuut!”
***
“Brug!” kepala kostum boneka tikus dibanting begitu saja ke lantai ruang ganti. Saat ini, Arya kesal gara - gara tak satu pun anak di acara ulang tahun -seorang anak bernama- Loli yang terhibur atas kehadirannya. Mereka semua malah menangis melihatnya dibalut kostum boneka tikus, sehingga si bos memintanya untuk hengkang dari pesta.
“Hayo adik – adik! Siapa yang mau digendong si bebek?!”
“Saya! Saya!”
“Yang mau difoto sama si beruang?”
“Saya! Saya!”
Suara MC dan anak – anak dari aula restoran, tempat pesta ulang tahun Loli berlangsung terdengar jelas sampai ruang ganti. Arya bertambah sedih. Mengapa anak – anak hanya menyukai badut si bebel dan si beruang saja? Mengapa tidak dengan si tikus? Untuk mengalihkan perasaannya, Arya duduk di kursi meja rias dan melamun.
“Sial! Kenapa gue ketdapetan pakek kostum badut yang serem?” Arya membuka reseleting kostum boneka tikus, menanggalkannya dan membantingnya. Sikapnya itu tentu saja membuat Bowo, bosnya yang seorang event organizer acara ulang tahun anak – anak naik pitam.
“Heh kamu!” tegurnya keras – keras “Kenapa marah – marah begitu?!”
Bukan main terkejutnya Arya. Ia pikir mas Bowo masih berada di aula restoran, mengontrol jalannya acara. Rupanya, pria gondrong itu sudah berada di ruang perlengkapan. Di ruang kecil inilah, semua badut yang mengisi acara ulang tahun Loli melepas dahaga, beristirahat atau berganti kostum.
Pada acara ulang tahun Loli yang ke – 3 ini, orang tua Loli menyewa tiga badut dari mas Bowo. Tiga badut itu mengenakan kostum boneka dari tokoh kartun terkenal. Tiga – tiganya tokoh binatang. Satu tikus, satu bebek dan satu beruang. Arya kedapatan mengenakan kostum tokoh tikus.
Entah mengapa, wajah si tikus seram. Matanya membelalak dan jereng. Kepalanya besar, sedangkan badannya kurus kerontang. Sepertinya, si pembuat kostum kurang memasukan busa di bagian badan si badut.
“Arya, kamu kesal karena tidak disukai anak – anak?!” mas Bowo masih marah, tetapi nada bicaranya melunak. Ia sadar bahwa Arya yang masih muda dan baru berkecimpung di pekerjaan jenis ini sering mengalami ketidakseimbangan emosi. Mahasiswa ini pasti berpikir, ia sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi mengapa ia gagal menghibur anak – anak?
Untuk membiayai kuliahnya, Arya harus mencari pekerjaan sambilan macam – macam. Salah satunya adalah menjadi badut boneka di acara ulang tahun, sang penghibur anak – anak. Tugasnya gampang. Ia cukup memeriahkan acara dengan cara memperagakan gerakan – gerakan lucu yang mengundang tawa anak - anak. Ia bisa menari, melompat – lompat atau melambaikan tangan. Akan tetapi, semuanya itu pasti tak terlepas dari rupa kostum badut yang ia kenakan. Kalau badutnya sudah seram, mau memperagakan gerakan apapun pasti hanya mengundang rewelan anak - anak.
Kasihan.
Contohnya seperti di acara ulang tahun Loli tadi. Semua anak menjerit dan merengek ketika melihat wujudnya. Sebagian baby sitter, orang tua atau para kakak yang menemani adiknya menghadiri ulang tahun Loli malah tertawa terkekeh melihat adegan itu. Mereka pasti tak tahu betapa kepanasannya Arya di balik kostum boneka itu.
Sungguh! Arya merasa dilecehkan.
Ada apa mas Bowo?” tiba – tiba, Rio, rekan Arya sesama badut berdiri di ambang pintu ruang ganti. Ia masih mengenakan kostum boneka bebek. Akan tetapi, kepala bonekanya sudah ia lepas. Peluh mengguyur wajah dan rambutnya.
Arya membuang muka. Di belakangnya, mas Bowo mengeluhkan sikap Arya kepada Rio. Rio adalah teman kuliah sekaligus seniornya di dunia perbadutan ini. Ialah yang mengajak Arya bekerja seperti ini untuk menambah pemasukan.
“Arya! Gue tahu lo kesel, tapi jangan dibanting – banting kostumnya. Kalau rusak, mas Bowo harus ganti sama penyewa kostumnya.” Rio melangkah mendekati Arya. Sepertinya acara ulang tahun Loli sudah selesai. Buktinya, Dani yang mengenakan kostum boneka beruang juga masuk ke ruang ganti. Kemudian, ia dan Rio melepas kostum.
“Nih duit buat kita bertiga!” seru Dani seraya meletakkan amplop tebal di atas meja “Dari bapaknya Loli.”
Refleks, Rio menyobek amplop itu. Di dalamnya, lembar – lembar rupiah bernilai besar mengejutkan mata. “Gile! Ini duit dibagi tiga? Banyak banget! Belum lagi bayaran dari mas Bowo.”
“Waah… Tiga kali jadi badut doang, bisa beli blackberry gue.” Timpal Dani.
Arya tak tertarik sedikit pun dengan lembar – lembar bergambar Soekarno – Hatta itu. Ia merasa itu bukan haknya. Sepanjang pesta, hanya Dani dan Rio yang bekerja. Mereka berinteraksi dan menghibur anak – anak, sementara ia sendiri diminta hengkang dari acara oleh orang tua Loli. Semakin Arya mencoba menghibur anak – anak, semakin kencang tangisan mereka.
“Itu uang dibagi tiga?” potong Arya “Gue kan nggak kerja hari ini. Orang tuanya Loli pasti ngasih buat kalian berdua.”
Dani menggeleng – geleng, “Buat kita bertiga.”
“Serius lo?” Arya mendadak sumringah. Dalam hatinya, ia berpikir: Lebih baik mengenakan kostum tikus yang seram, sehingga ia diusir dan bisa santai di ruang ganti. Toh uang yang didapat sama besar dengan dua rekannya yang sudah capek memancing tawa anak – anak.
***
Tiga bulan kemudian, sepupu Loli yang bernama Caca berulang tahun yang ke – 3. Lagi – lagi, keluarga besar Loli memakai jasa mas Bowo untuk mengatur jalannya acara. Arya dan kedua rekannya pun kembali mendapat panggilan pekerjaan untuk menjadi badut.
“Keluarga Loli kayaknya keluarga kaya.” Cerocos Dani seraya mengenakan kostum boneka badut. Sebentar lagi, acara ulang tahun Caca dimulai. Badut – badut yang memeriahkan acara harus bersiap – siap memasuki lokasi pesta ulang tahun.
“Tau dari mana lo?” respon Arya. Kali ini, ia mengenakan kostum Beruang. Di antara kostum Beruang, Harimau dan Kelinci, kostum beruanglah yang paling seram. Ia berharap akan diusir lagi, sehingga ia bisa santai di ruang ganti tetapi tetap dapat bayaran yang sama besar dengan Dani dan Rio.
Nyatanya, sungguh berbanding terbalik. Selama pesta, anak – anak lebih senang dengan boneka beruang.
“Siapa yang ingin dapet hadiah dari Harimau?” seru MC semangat.
“Saya!” beberapa anak tunjuk tangan.
“Yang ingin dapat hadiah dari Kelinci?” MC semakin bersemangat.
Anak – anak pun begitu. Sebagian anak sampai berteriak, “SAYA!”
Akan tetapi, ketika MC bertanya, “Siapa yang ingin dapat hadiah dari Beruang?”
“SAYAAA!” semua anak di ruangan itu mengacungkan tangan. Termasuk Loli yang turut menghadiri ulang tahun sepupunya.
Arya tak habis pikir. Ia merasa bahwa kostum boneka beruang yang ia kenakan lebih seram daripada kostum boneka tikus yang waktu itu ia kenakan. Akan tetapi, kenapa kali ini semua anak berebutan ingin bersamanya? Selepas pesta, beberapa anak yang belum pulang memintanya untuk foto bersama, sementara Dani dan Rio sudah beringsut ke ruang ganti untuk berganti baju. Kemungkinan, saat ini mereka sedang duduk santai di ruang ganti.
“Terima kasih beruang. Kamu sudah mau berfoto bersamaku.” Senyum seorang anak yang terakhir berfoto bersama Arya alias si beruang. Seingatnya, anak kecil ini adalah Loli.
“Sama – sama.” Arya mengangkat kedua tangannya dan menggoyangkan badannya ke kiri dan ke kanan. Gerakannya ini memancing tawa manis Loli dan beberapa anak lain. Tawa – tawa polos itu serentak menghilangkan rasa letih dan panas Arya yang terkungkung dalam kostum boneka.
“Arya! Lagi – lagi amplopnya tebel.” Begitu memasuki ruang ganti, Dani yang sudah melepas kostum menggenggam sebuah amplop. Katanya, barusan mas Bowo menerimanya dari orang tua Caca.
“Yaah… banyakan kemarin…” keluh Dani sehabis menghitung uang yang ada di dalam amplop itu. Sebenarnya jumlahnya besar untuk ukuran tip seorang badut. Hanya saja jika dibandingkan dengan tip dari orang tua Loli kemarin, tip kali ini kurang sedikit.
“Ya udah. Kita bagi aja dulu.” Rio merebut uang itu. Cepat – cepat ia bagi rata kepada dua temannya.
Arya memperhatikan lembar – lembar uang yang tergeletak di atas meja. Itulah bagiannya di pekerjaan kali ini. Jumlahnya lumayan untuk menutupi kekurangan iuran diktat – diktat perkuliahannya.
Sesungguhnya, kontrak kerjanya sudah habis kali ini. Lusa, waktu liburan Arya sudah habis dan ia harus kembali kuliah dari senin sampai jumat. Akan tetapi, ada suatu keinginan baru yang tertanam di dirinya. Ia ingin tetap menjadi badut acara ulang tahun.
“Mas Bowo, kapan – kapan kalau butuh pengganti badut acara ulang tahun, panggil saya aja ya.” Pinta Arya yang membuat mas Bowo mengerutkan dahi. Arya tak seperti biasanya.
“Memangnya, kamu masih perlu uang untuk biaya kuliahmu?” tanyanya keheranan.
Arya hanya tersenyum, “Bukan mas. Tapi saya perlu tawa anak – anak lagi. Tawa itu membangkitkan semangat saya.”
Mimik mas Bowo masih memancarkan keheranan. Akan tetapi, Arya tak peduli. Yang penting, ia sudah mengutarakan keinginannya. Dan ketika ia melirik ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukan pukul enam sore. Ia harus cepat – cepat pulang. Esok hari, ia harus bangun pagi untuk berangkat kuliah di hari pertama semester ganjil.
***

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cerdas cermat - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger